WASPADALAH, JANGAN BIARKAN TUBUH DIJAJAH DEMIT!









Manusia memang dimungkinkan untuk mengakses energi dari luar dirinya, baik berupa energi benda-benda kosmik maupun energi dari titah hurip lain.  Ada laku atau tradisi yang berkembang berkenaan dengan ini.  Namun, ini bahkan memunculkan resiko yang lebih besar lagi ketimbang pola-pola pengaksesan energi dari dalam diri sebagaimana di paparkan di atas.

Setiap benda kosmik, seperti matahari, bulan, bahkan planet Bumi sendiri, memiliki energi tersendiri.  Tentunya, energi ini ada dengan peruntukan tertentu.  Dengan pola meditasi atau semedi tertentu, manusia bisa menyerap energi matahari, energi bulan, dan energi dari benda-benda lain di langit.  Manusia juga bisa menyerap energi air, api, tanah dari bumi. Nah, penyerapan yang dilakukan manusia tentunya membuat berbagai benda kosmik itu tidak bisa bekerja optimal karena ada daya yang dialihkan tidak sesuai peruntukannya.  Ini beresiko membuat tatanan kosmik menjadi tidak harmoni, dan pada jangka panjang pasti mempercepat proses destruksi tempat tinggal manusia.  Dan resiko lainnya, energi yang terserap merubah tatanan energi di dalam raga manusia, mengubahnya dari tatanan sewajarnya sebagaimana saat dilahirkan.  Sekalipun pada jangka pendek, energi yang terserap ini bisa berguna, pada jangka panjang, ia malah menghambat pencapaian kamuksan atau sampurnaning hurip.



Kemudian, titah hurip lainnya yang disebut dengan berbagai nama: demit, jin, siluman, juga memiliki energi masing-masing.  Energi itu ada pada mereka karena mereka juga memiliki tugas kosmik tersendiri.  Namun, memang dimungkinkan terjadinya persentuhan antara manusia dengan berbagai titah hurip tersebut. Persentuhan ini terjadi baik dalam keadaan manusia menyadari maupun tidak menyadarinya.

Persentuhan inilah yang beresiko, apalagi jika dibarengi penyerapan energi dari titah hurip lain itu ke dalam diri manusia.  Apalagi titah hurip lain itu bisa memiliki kehendak, hasrat dan kepentingan sendiri.  Sebagian mereka ingin mempengaruhi dan mengendalikan manusia, untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri.  Bagi mereka, raga manusia laksana kendaraan canggih.  Mereka tak memilikinya, sehingga ketika ada peluang mereka bisa masuk ke dalam raga ini, mereka pasti melakukannya.  Dan dengan itu, raga manusia bisa mereka kendalikan dan pergunakan untuk kepentingan mereka.

Secara tidak sengaja, manusia bisa ketempelan atau dimasuki energi dari titah hurip lain, atau bahkan sosok titah hurip lain itulah yang menempel dan memasuki raga manusia.  Ini bisa terjadi karena titah hurip itu memiliki raga yang lebih halus dan gampang dirubah gatranya.  Sebagai contoh, ia memasuki tempat tertentu dimana ada portal ke dimensi lain, atau berada di tempat tertentu yang merupakan tempat tinggal titah hurip lain.  Ketika seseorang sudah tertempeli atau termasuki, tentu saja tatanan energi di dalam raganya berubah menjadi tidak wajar dan harmoni lagi.  Demikian juga,  pola nalarnya tidak lagi murni.  Ia bisa bertindak mengikuti pengaruh atau pengendalian dari yang menempeli atau memasuki raganya.  Demikian pula, emosinya bisa meledak-ledak tanpa ia mengerti mengapa itu terjadi.

Pada manusia yang dikategorikan indigo, peristiwa demikian lebih potensial terjadi.  Karena raga manusia yang dikategorikan sebagai indigo, di dalam pandangan titah hurip lain itu, dipandang lebih canggih dan lebih memungkinkan mereka mempergunakannya untuk mencapai berbagai kepentingan dan tujuan.

Sementara itu, manusia juga bisa dengan sengaja mengakses energi dari titah hurip lain, bahkan membuat titah hurip lain menempel dan memasuki raganya.  Pembacaan mantra atau wirid tertentu, juga pelaksanaan ritual tertentu yang didasari sebuah ambisi, memungkinkan peristiwa masuknya energi lain ke dalam diri.

Keberadaan titah hurip lain di dalam diri, memang bisa saja membawa kegunaan dalam jangka pendek.  Seseorang yang dimasuki titah hurip lain ini, bisa saja menunjukkan kewaskitaan tertentu.  Ia bisa mengetahui peristiwa yang tidak diketahui manusia pada umumnya, membuat ramalan yang kadang tepat, atau menyampaikan petuah-petuah moral yang indah dan mengagumkan.  Bisa juga ia memiliki daya penyembuhan atau kesaktian tertentu.  Atau, bisa juga itu berefek pada melejitnya kekayaan finansial.  

Namun, kegunaan jangka pendek ini tak sebanding dengan kerugian pada jangka panjang.  Siapapun yang mengalami situasi raganya telah dimasuki titah hurip lain, entah itu demit, jin, siluman dan lainnya, bisa dipastikan hidupnya tak akan selaras dengan cetak birunya.  Dan tidak akan pernah mencapai kamuksan atau sampurnaning hurip.  Bahkan sebagian bisa mengalami situasi sulit pada ujung kehidupan di Planet Bumi, ketika badan sudah rusak tapi jiwanya tak bisa meninggalkan raga.  Sehingga ia tersiksa di dalam raga.  Jikapun bisa terlepas dari raga, jiwanya tak akan bisa melanjutkan perjalanan, tertahan di dimensi titah hurip yang dulu dia akses energinya.  Dan ini sebenarnya laksana orang terpenjara, membawa penderitaan jangka panjang.

Penulis, yang pernah bertahun-tahun berkelana ke berbagai tempat yang dianggap sakral, dan menjalani laku dan ritual yang berorientasi ke luar diri, pernah mengalami kondisi di mana raga benar-benar menjadi penuh dengan keberadaan energi atau titah hurip lain.  Efeknya, emosi menjadi sangat tidak stabil, dan kemampuan bernalar pada titik tertentu menjadi lumpuh, persis seperti komputer yang mengalami hang.

Lewat laku penjernihan diri, kondisi demikian dipulihkan.  Perlahan tapi pasti, raga penulis menjadi murni, dan yang bertahta di dalam diri ini hanyalah Tuhan.
Namun, proses pemulihan ini tidak mudah.  Karena merupakan buah dari laku bertahun-tahun, pemulihan dilakukan bertahap.  Dan ada masa-masa dalam proses pemulihan ini, penulis mengalami sakit pada raga yang cukup membawa derita.

Pengalaman serupa, dialami tembayat atau pelaku meditasi yang semula badannya penuh dengan berbagai energi dari luar.  Mereka mengalami sakit raga selama beberapa waktu.  Ini bisa dijelaskan sebagai berikut.  Keberadaan berbagai energi dari luar atau titah hurip lain di dalam tubuh, cenderung telah mapan di dalam tubuh, menyatu dengan kulit, daging, tulang, atau darah.  Mengeluarkan mereka ini, pasti membawa efek pada raga.  Proses keluarnya mereka membuat badan benar-benar terguncang, seluruh metabolisme bisa terpengaruh, dan bisa menimbulkan luka pada bagian raga yang ditinggalkan.  Sakit itu berasal dari fenomena ini.

Jika seseorang yang menjalani laku penjernihan diri belum sepenuhnya mau melepaskan berbagai energi dari luar diri – karena merasa sayang, atau ketakutan tak punya lagi daya yang bisa diandalkan, rasa sakit itu bisa bertambah.  Karena ada konflik atau peperangan di dalam diri.  Satu-satunya yang bisa meringankan penderitaan adalah sikap berserah diri, keberanian melepas semuanya dan hanya bergantung kepada Tuhan.
0 Response to "WASPADALAH, JANGAN BIARKAN TUBUH DIJAJAH DEMIT!"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan